Jumat, Desember 5, 2025
Jumat, Desember 5, 2025
BerandaHealth & FitnessTUHAN TIDAK PERNAH SALAH MEMBERI PERAN

TUHAN TIDAK PERNAH SALAH MEMBERI PERAN

Kisah Pendamping Anxiety Disorder

oleh: Iis Singgih

Menjadi tetap waras adalah pilihan sadar, bukan kebetulan. Apalagi ketika Tuhan mempercayakan kita seseorang yang sedang berjuang dengan kesehatan mentalnya. Di titik itu, cinta diuji bukan dalam bentuk romantisme, tetapi dalam kesetiaan menjaga kewarasan bersama.

Sudah 18 tahun saya menjadi pendamping bagi suami yang mengalami anxiety disorder. Perjalanan ini tidak mudah. Ada hari-hari ketika tangis terasa lebih akrab daripada tawa. Ada masa ketika rasa lelah dan ketidakpastian datang bersamaan. Namun, di tengah itu semua, saya belajar bahwa Tuhan menghadirkan apa pun dalam hidup kita sebagai bentuk kasih sayang-Nya.

Saya berhenti memandang perjalanan ini sebagai bentuk perjuangan untuk menyembuhkan. Karena nyatanya, tidak semua luka bisa disembuhkan. Ada luka yang harus diterima, dipeluk, dan dijalani dengan penuh kesadaran. Yang paling penting bagi kami kini adalah bagaimana tetap hidup normal, tetap beraktivitas, dan tetap berbahagia, seperti keluarga lainnya.

Beban Emosional dan Anxiety Disorder: Data WHO 2023

Menurut World Health Organization (WHO), gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah salah satu gangguan mental paling umum di dunia. Diperkirakan lebih dari 301 juta orang di dunia hidup dengan kondisi ini (data WHO, 2023). Penderitanya sering mengalami kekhawatiran berlebihan, ketegangan otot, gangguan tidur, hingga serangan panik.

Namun, yang sering luput dibicarakan adalah: beban emosional para pendampingnya. Mereka harus kuat, sabar, dan sadar penuh setiap hari agar tidak ikut tenggelam dalam pusaran kecemasan yang sama.

Berikut saya bagi sepuluh pelajaran berharga dari 18 tahun pendampingan pendamping anxiety disorder yang saya jalani:

1. Memandang Mereka Sebagai Manusia Utuh, Bukan “Pasien”

Lihat mereka sebagai manusia utuh, bukan “pasien”. Itu menjaga martabatnya tetap utuh dan hubungan tetap hangat. Kacamata positif sangat penting.

 

2. Hindari Topik Pemicu Kecemasan

Tidak semua hal perlu dibahas. Pilih percakapan yang menenangkan, bukan yang menambah beban pikirannya. Ketenangan rumah tangga adalah prioritas.

 

3. Berani Melakukan Cut-off Sosial

Jika ada orang atau situasi yang memperparah kondisi mereka, jaga jarak. Ketenangan rumah lebih penting daripada penilaian orang lain.

 

4. Dampingi Tanpa Melawan (Memahami Panic Attack)

Saat kecemasan datang, mereka tidak butuh nasihat, mereka butuh keberadaan. Genggam tangannya, biarkan ia tahu: “Aku di sini, kamu tidak sendirian.” Tidak perlu bereaksi berlebihan sebab serangan panic attack-nya hanya berlangsung kurang lebih 10 menit.

 

5. Terima dan Bahagia Menjalani Hari

Sadarilah bahwa semua penderitaan bersifat sementara. Ketenangan hadir dari penerimaan, bukan perlawanan. Fokuslah pada kebahagiaan kecil hari ini.

 

6. Berikan Pujian Pada Diri Sendiri

Tidak perlu menunggu apresiasi dari siapa pun. Katakan setiap hari: “Aku sudah cukup. Aku sudah melakukan yang terbaik.”

 

7. Refleksi: Ikhlas atau Terpaksa?

Saat lelah datang, berhenti sebentar. Sadari dan lepaskan. Releasing emotion adalah bagian penting dari menjaga kesehatan jiwa pendamping.

 

8. Berhenti Mendengar Komentar Orang Lain

Banyak orang berpendapat tanpa pernah mengalami. Hening adalah terapi terbaik untuk menjaga kedamaian hati.

 

9. Perhatikan Nutrisi dan Gaya Hidup Sehat

Beberapa riset menunjukkan bahwa pola makan seimbang, cukup tidur, dan olahraga ringan dapat menurunkan intensitas kecemasan secara signifikan bagi penderita dan pendamping.

 

10. Punya Teman Rujukan

Pendamping juga butuh pendamping. Teman yang bisa mendengar tanpa menghakimi, tempat berbagi tanpa merasa bersalah. Ini adalah bentuk menjaga kewarasan diri.

Kini, setelah hampir dua dekade berjalan, saya menyadari bahwa cinta bukan tentang mengubah seseorang agar sembuh, melainkan menjadi ruang aman bagi mereka untuk tetap hidup.

“Cinta adalah tentang menemani bukan memperbaiki.”

Jika kamu saat ini berada di posisi yang sama sebagai pendamping anxiety disorder, percayalah: kamu tidak sendiri. Tuhan melihat setiap air mata, setiap letih yang kamu sembunyikan, dan setiap upaya kecilmu untuk tetap kuat.

10 Oktober 2025 adalah hari yang membuat kita harus menyadari bawa Kesehatan Mental adalah Hal yang krusial. Semangat untuk terus sehat semoga tidak hanya ada di kalender kita dan jangan hanya menjadi sebuah formalitas tahunan. Khusus di momen Hari Kesehatan Mental Sedunia yang telah berlalu, semoga setiap hati yang lelah menemukan peluk damainya. Dan setiap jiwa yang menjaga, diberi kekuatan untuk terus menyalakan cahaya kecil di tengah gelap yang panjang.


 

Tentang Penulis

 

Iis Singgih seorang pegiat literasi lahir di kota Malang, punya hobi membaca, berpuisi dan menulis. Saat ini aktif bergiat di Komunitas Genitri bersama beberapa kawan penulis. Anda dapat menghubunginya melalui Instagram: Iis Singgih dan Iis Singgih Lwg.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments