Tanggal 7–9 November 2025 bukan sekadar rangkaian hari dalam kalender, namun hari-hari itu adalah hari yang telah sengaja saya agendakan untuk mengikuti perjalanan wisata bersama DWP BBIB Singosari. Bagi saya, program yang digagas cukup bagus dan menjadi kesempatan menambah wawasan dan kapasitas diri saya bersama organisasi wanita para istri ASN.
Dan sungguh kesempatan yang luar biasa karena perjalanan wisata ini kami diperkenankan mengajak keluarga, kegembiraan meluap saat suami bersedia mengosongkan waktunya untuk menemani saya mengikuti kegiatan tersebut.
Menjadi komitmen kami, di luar kesibukan kerja rutin masing-masing yang tidak bisa bersama, kami sepakat untuk selalu bersama mengisi hari-hari kami. Meluangkan waktu dan berhenti sejenak dari hiruk pikuk dari kesibukan rutin, menepi bersama dan berbicara, bercanda serta berjalan berdampingan dalam sebuah perjalanan tadabbur ke Singapura dan Malaysia adalah panggilan ibadah versi yang berbeda.
Banyak yang mengira perjalanan semacam ini hanyalah “ jalan-jalan biasa ” atau healing sejenak bahkan sarana hunting berbagai pernik kesukaan. Padahal di dalamnya tersimpan kesempatan langka bagi kami, menyatukan langkah sebagai pasangan, menyegarkan rohani, dan menata ulang cara pandang tentang makna hidup, keluarga, dan syukur.
Perjalanan ini sejatinya bukan tentang jarak, melainkan tentang kedekatan. Bukan tentang foto-foto indah, melainkan tentang hati yang kembali jernih.
Perjalanan yang Menghidupkan Rohani
Tadabbur bukan sekadar melihat, tapi merenung. Bukan sekadar singgah, tapi memahami. Menyaksikan keteraturan kota, kebersihan fasilitas publik, kedisiplinan masyarakat Singapura dan kehangatan budaya Melayu di Malaysia pelan-pelan membuka kesadaran bahwa keindahan sebuah negeri bukan hanya pada fisiknya, tetapi pada nilai-nilai yang hidup di dalamnya.
Di antara langkah kaki kami, terselip doa-doa kecil : “ Ya Allah, jadikan kami pasangan yang saling menguatkan, saling menjaga iman, dan saling menuntun ke arah-Mu.”
Dalam Islam, perjalanan bukan hanya pergerakan fisik, tapi juga pergerakan jiwa. Seperti hijrah kecil dalam kehidupan rumah tangga: dari lelah menuju tenang, dari sibuk menuju bermakna.
Romantisme yang Tumbuh dari Kesadaran, Bukan Gemerlap
Romantisme sejati tidak selalu tentang bunga atau kata-kata manis. Kadang ia hadir dalam hal sederhana : berjalan berdampingan tanpa lelah, berbagi cerita di sela langkah, saling menggenggam tangan saat lelah, dan diam-diam mendoakan satu sama lain tanpa diminta.
Perjalanan ini mengajarkan bahwa pasangan sejati bukan hanya teman tertawa, tetapi juga tempat pulang dari lelahnya dunia. Dalam diam, kami belajar bahwa kebersamaan adalah amanah, bukan pelarian.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an :” Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)
Ayat itu terasa hidup, bukan sebagai teks, tapi sebagai rasa.
Perjalanan yang Seharusnya Tidak Dilewatkan
Yang menggetarkan hati bukan hanya pengalaman kami, tetapi kesadaran bahwa banyak ibu-ibu dan keluarga yang melewatkan kesempatan berharga seperti ini. Bukan karena tidak mampu, tapi karena menganggapnya tidak perlu.
Padahal, inilah investasi rohani dan emosional yang nilainya cukup besar dari apa pun sebagai penyegar jiwa yang penat, penguatkan ikatan suami-istri, menjadikan keluarga lebih hangat dan menumbuhkan wawasan dan rasa syukur
DWP BBIB Singosari tidak hanya menghadirkan perjalanan, tapi ruang kontemplasi. Ia bukan sekadar agenda wisata, tapi arena untuk membangun kedewasaan spiritual.
Belajar dari Negeri Orang, Membangun Negeri Sendiri
Melihat keteraturan sistem, budaya antre, kebersihan, dan tata kota negara tetangga membuat hati bertanya ” Bagaimana jika nilai-nilai ini hidup dalam keseharian kita di rumah, di keluarga, dan di organisasi kita ?”
Ini esensi perjalanan bukan untuk kagum, tapi untuk belajar. Bukan untuk mengeluh, tapi untuk tumbuh. Perjalanan akan menjadi sia-sia jika hanya meninggalkan jejak di kamera, tapi tidak meninggalkan perubahan dalam karakter.
Untuk Para Ibu, Istri, dan Perempuan Hebat Indonesia
Tulisan ini bukan sekadar cerita, tapi undangan hati. Untuk para ibu, para istri, para penggerak organisasi Perempuan agar jangan menunda bahagia atas nama kesibukan. Jangan menunggu lelah menumpuk untuk berhenti. Ambillah kesempatan yang mendidik jiwa dan menguatkan keluarga. Perjalanan bukan kemewahan, ia adalah kebutuhan. Tadabbur bukan liburan, ia adalah pengobatan.
Sebagai perempuan, kita sering memberi tanpa henti. Tapi lupa mengisi ulang jiwa sendiri.
Sportif dalam Memilih Tumbuh
Tulisan ini juga mengajak kita untuk sportif dalam hidup bahwa berani mengakui lelah, berani mengambil jeda, dan berani memilih perjalanan yang membuat kita lebih baik, bukan sekadar terlihat sibuk. Hidup bukan tentang siapa paling sibuk, tapi siapa paling sadar arah.
Cinta yang Dititipkan dalam Perjalanan
Tanggal 7–9 November 2025 akan selalu kami kenang bukan sebagai liburan, tapi sebagai peristiwa jiwa. Karena di sanalah kami belajar bahwa berjalan berdua dalam kebaikan adalah bentuk ibadah yang paling sunyi dan paling dalam. Dan andai waktu bisa diulang, barangkali kami ingin lebih banyak keluarga merasakan hal yang sama.
Karena rumah yang kuat tidak dibangun dari kemewahan, tetapi dari kebersamaan yang tumbuh dalam doa.



